Senin, 15 Februari 2010

Allah


Nama Allah tidak berasal dari pengambilan kalimat apa pun, demikianlah kata Al Khalil bin Ahmad. Pendapat ini dibenarkan oleh Asy-Syafiie ra dan para ahli kebenaran lain. Tidak sekali-kali didapati sesuatu yang diberi nama tersebut selain DIA, yang Maha Tinggi dan Maha Suci. Dan karenanya sebagian para syeikh mengatakan bahwa setiap nama dari nama-namaNYA layak untuk menghiasi diri kecuali nama Allah.

Dikatakan bahwa, sedikit sekali orang yang memanjatkan doa dengan penuh keikhlasan hati, tidak dikabulkan doanya. Berikut ini kami petikan sebuah kisah..............

Tersebutlah seseorang telah menjual budak perempuannya. Setelah budak itu terjual, timbul penyesalan dalam hatinya. Untuk mengatakan penyesalan itu ia sangat malu. Maka tak ditemui jalan lain kecuali menulis kandungan hatinya tersebut di telapak tangannnya sendiri, lalu ia pun mengangkat tangan ke arah langit. Ketika menjelang pagi,rumahnya diketuk orang,dari dalam rumahnya ia menanyakan, Siapa yang datang pagi-pagi begini? Dijawab, Saya adalah orang yang membeli budak sahayamu, yang

sekarang ini saya bawa untuk kembalikan padamu? Kalau sekiranya engkau hendak mengembalikan, bersabarlah karena saya belum memiliki uang tebusannya? Aku tidak akan menerima uangmu, karena aku akan memperoleh ganti yang lebih berharga dari harga sahaya ini? Bagaimana caramu memperoleh penggantian itu? Tadi malam aku bermimpi, Allah SWT, berkata kepadaku, ketahuilah bahwa penjual budak itu adalah salah seorang wali dari wali-waliku, hatinya sudah tertambat pada budaknyasahaya yang dijual itu, bila engkau rela mengembalikan kepada pemiliknya, maka bagimu kusediakan surga.

Asy-Sybli adalah orang yang paling sering mengucapkan Wahai penuntun mereka-mereka yang keheran-heranan,sudikah kiranya Engkau menambah keheran-heranan itu padaku. Andaikan sampai terjadi pengurangan, maka yang demikian itu dapat diartikan sebagai adanya "kesumbingan" dalam dirinya.

Pernah diajukan pertanyaan pada Asy-Syibli : Bagaimana tanda kebenaran menurut pendapat anda?. Beliau menjawab, Tidak berlaku bagiku sesuatu yang berlawanan, baik yang kulakukan di waktu tidak sadar maupun yang kulakukan di waktu sadar.

Para syeikh mengingatkan dengan ucapannya, Siapa yang berbangga diri (sombong)niscaya terhijab dari Allah SWT dan kebanggaan diri itu dapat dijadikan petunjuk "maqam" orang itu. Membesarkan diri, membanggakan pangkat serta merasa diri dapat taat, kesemuanya ini merupakan tertariknya penglihatan pada diri sendir. Orang demikian hendaknya diingatkan bahwa tidaklah seluruh amalnya yang lampau diiringi oleh kesadaran dan keikhlasa,tetapi mereka melakukannya hanya sekali waktu. Kisah segala maksiat yang pernah dilakukan antara lain kisah kebanggaan iblis akan dapat menghentikan seseorang dari bebrbangga diri dan menepuk dada. Adapun kisah iblis ialah, waktu dia berkata "Aku lebih baik daripadanya (Adam AS) hingga sampailah terjadi apa yang terjadi . Demikian pula kisah qorunketika keluar kepada kaumnya dengan penuh hiasan pada dirinya, hingga ia sendiri merasa kagum dan berbangga, yang berakhir dibenanmkan kedalam perut bumi. Kisah Firaun ketika ia berkata kepada kaumnya," Hai kaumku ! Bukankah kepunyaanku seluruh kerajaan Mesir? Tersebut dalam surat Az-Zukhruf 43 : 51. Contoh-contoh yang diberikan oleh Allah SWT cukup kiranyamenjadi teguruan keras agar dapat menahan diri.

Tersenutlah kisah dalam sebaghagian kisah, bahwa ikan laut yang menahan bumi kita ini pernah menyombongkan diri sambil menyebarkan berita yang bernadacongkak atas kesanggupannya menahan bumi yang berat ini, maka Allah lalu menugaskan seekor nyamuk untuk menyengat hidungnyan kepedihan sengatan nyamuk yang sakitnya tidak mudah hilang itu membuatnya diam. Ikan itu bertambah-tambah takutnya setelah ia mengetahui kalau nyamuk itu tidak segera pergi tetapi menetap di antara kedua matanya.

Dia antara sifat seorang arif adalh tiadanya menghiraukan demi untuk Allah SWT walaupun ia harus menghadapi celaaan yang bertubi-tubi karena lawan bicaranya dengan Al Haq, berdirinya dengan Al Haq dan dalam agama Allah ia memperoleh kekuasaan.

Bahwasanya makrifat itu mengharuskan memandang kecil akan adanya takdir selain takdirNYA, dan menghapus segala bentuk zikir selain zikir kepadaNY. Jadi bila seseorang berucap maka berucap kata bersama Allah, bila diam maka iapun diam denganNYA. Semulia-mulia sesuatu disisi Zatyan Maha ditakuti dan diharap-harapkan adalah ucapan yang benar.

0 komentar: